Friday, July 31, 2009

Risiko Menggunakan Katrid Remanufaktur

Kebutuhan perusahaan untuk mencetak di atas kertas, seperti untuk mencetak laporan, bahan presentasi, proposal, ataupun mencetak foto dalam jumlah banyak setiap harinya, membuat perusahaan harus mencari cara agar dapat sehemat mungkin menggunakan tinta (toner) yang ada di printer. Bila tinta printer habis, perusahaan biasanya membeli katrid baru atau yang sekarang sedang marak, menggunakan katrid remanufaktur yaitu mengisi ulang katrid dengan tinta palsu kemudian dipasangkan kembali pada printer.

Iming-iming murahnya harga yang ditawarkan menjadi salah satu alasan mengapa konsumen lebih memilih mengisi ulang katridnya daripada membeli kartrid asli yang baru. Selain itu, katrid yang diisi ulang atau katrid remanufaktur diyakini dapat menghasilkan kualitas cetak yang sama dengan katrid asli.

Tentunya perusahaan akan lebih bisa menghemat biaya dengan beralih menggunakan katrid remanufaktur. Namun, hal itu dibantah oleh Market Development Manager After Market Supplies Business Imaging and Printing Group Hewlett-Packard Indonesia Adrian Lesmono di Jakarta, Rabu (29/7).

Menurutnya, HP telah menemukan fakta-fakta dari hasil survei pihak ketiga yang dilakukan oleh Quality Logic Inc di wilayah Asia Pasifik bahwa katrid remanufaktur ternyata tidak sebaik yang diyakini masyarakat ataupun perusahaan kebanyakan. Berdasarkan tes yang dilakukan pada printer kantor biasa dalam kondisi dan suhu ruangan yang sama dengan menggunakan ukuran kertas yang sama juga diperoleh hasil 1 dari 4 katrid remanufaktur bermasalah dalam mencetak dibanding katrid asli.

Pada hasil cetak katrid remanufaktur juga ditemukan kegagalan seperti kebocoran tinta, degradasi warna, dan tidak dapat mencetak sama sekali. Selain itu jumlah kertas yang dapat dicetak dengan katrid remanufaktur menjadi lebih sedikit 25 persen dibanding katrid asli. Belum lagi dalam jangka panjang katrid remanufaktur dapat mengganggu sistem printer yang dapat menyebabkan printer rusak permanen.

"Tentunya ini juga berpengaruh pada Total Cost of Ownership-nya. Maunya hemat malah tambah biaya lagi untuk perbaikan atau beli printer baru", ujar Adrian. Jika dihitung secara keseluruhan, biaya yang ditanggung akibat risiko tersebut bisa jauh lebih besar daripada jika pelanggan selalu menggunakan tinta asli yang harganya tentu lebih mahal daripada tinta isi ulang.

Selain masalah reliabilitas dan kualitas, katrid remanufaktur juga bermasalah dalam pencemaran lingkungan. Katrid remanufaktur biasanya hanya dapat digunakan 3 kali isi ulang setelah itu katrid rusak dan akhirnya dibuang.

Sementara katrid asli apabila telah habis dapat didaur ulang menjadi bentuk produk yang lain. "Itulah bedanya reuse dan recycle, dimana kita (HP) mengolah sesuatu menjadi produk lain sehingga tidak merugikan", tutupnya.



Sumber : Kompas - Kamis, Juli 30 - 2009




No comments: